8
04/2020
|
2
03/2020
|
Kategori : Article Komentar : 1 komentar Author : Cahyana Puthut Wijanarka |
Keikhlasan sering kali diidentikan dengan memberi sesuatu tanpa pamrih dan dilandasi oleh ketulusan. Namun pertanyaannya semudah itukah sesuatu yang kita miliki dengan mudah kita lepaskan untuk menjadi milik orang lain, bukankah ada kecenderungan dari diri kita untuk menumpuk atau mengumpulkan sebanyak-banyaknya hal yang kita bisa miliki. Usaha untuk mengumpulkannya seringkali membuat hambatan utama untuk melepaskannya. Atau kadang-kadang kita tidak memiliki kekuatan melepaskannya karena orang-orang disekitar kita membelenggu dengan keinginannya agar kita masih mempertahankan apa yang kita miliki.
Dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan seringkali keikhlasan menjadi penghambat utama pada saat kita akan mengeksekusi pekerjaan. Harus ada dampak atau akibat yang kita nikmati jika kita sudah berniat melakukannya. Marilah sedikit kita menggunakan hukum Tuhan dalam kasus keikhlasan, bagaimana Tuhan memberikan pilihan apapun kepada manusia meskipun Dia sudah membuat tata aturan dan mekanisme kebaikan. Bahkan pada saat manusia tidak menggunakan rasa syukur terhadap setiap anugerah yang telah Dia berikan. Tuhan masih saja memberikan hamparan rezeki yang luas.
Keikhlasan terhambat Kekhawatiran dan Referensi Negatif
Apa saja yang membuat keihklasan sulit diimplementasikan . Penghambat keikhlasan adalah kekhawatiran. Pertama kekhawatiran muncul karena ketidak pastian dari hasil yang akan dicapai setelah proses pekerjaan dilakukan. Misalnya : pada saat kita akan memberi seorang pengemis maka kita khawatir apakah benar orang yang akan kita beri ini benar-benar membutuhkan atau sekedar pura-pura membutuhkan, lalu kita memutuskan untuk tidak memberi dan mengharapkan menemukan momentum yang tepat bertemu dengan orang yang membutuhkan. Lihat proses bagaimana transaksi amal ini menjadi batal. Faktor dominannya adalah kekhawatiran tentang penyalah gunaan transaksi amal, kekhawatiran tersebut membunuh salah satu peluang.
Kedua kekhawatiran muncul karena pesimis mendapatkan balasan yang setimpal. Setiap orang wajar bertindak dan berpeilaku secara transaksional. Jika saya melakukan A maka saya mengharapkan hasil A’, jika hasilnya bukan A’ maka saya tidak akan melakukan tindakan A.. Statemen ini mutlak benar jika mampu mendefinisikan A’ dengan benar, bahwa A’ adalah hasil yang tidak hanya bermakna tunggal tetapi bermakna sepanjang kehidupan.
Pada saat terkungkung atas definisi yang tunggal maka kita pasti terjebak pada posisi tidak ikhlas.
Penghambat ketiga adalah referensi yang negatif. Referensi ini bisa datang dari orang lain atau dari pengalaman pribadi yang buruk. Pengalaman masa lalu atas kegagalan atau sesuatu dengan akhir kekecewaan seringkali mengendap dalam memori dan mempengaruhi setiap kali mengambil keputusan. Hal ini harus diangkat untuk tidak mengendap dan menjadi trauma.
Ada beberapa hal tentang bagaimana membangkitkan keikhlasan :
1. M ake a deal with consistent. Setiap kehidupan sebelum kita dilahirkan sesumgguhmya sudah memiliki perjanjian yang sangat jelas, bahwa resiko kehidupan adalah amanah untuk menjalankan seluruh perintahNya dan menjauhi laranganNya. Konsistensi adalah daya tahan untuk senantiasa berada di jalur yang telah disediakanNya.
2. R ead the life’s assignment. Tugas hidup selalu sebenarnya sudah tertulis dengan sangat jelas dalam setiap keyakinan yang kita yakini benar. Kesementaraan kehidupan adalah proses persiapan untuk mengumpulkan bekal menghadapNya
3. O bey the sound of ur heart. Setiap dilahirkan, manusia dibekali segumpal darah yang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang benar yaitu hati. Hati mampu memberikan sinyal pada saat kita berada dalam kebenaran maupun dalam kesesatan.
4. N aked in the God’s eyes. Tak ada yang mampu ditutupi dari pandangan Tuhan. Kesadaran karena “dilihat” membuat kita tak mampu melakukan kesalahan dan sekaligus merasa selalu ada penolong
5. G enerate concept into action. Kesadaran spiritual sering diletakkan dalam tataran konsep padahal seharusnya “melakukan” jauh lebih penting dari sekedar meyakini tanpa berbuat.
6. O pportunity to fail always there. Skenario bahwa kegagalan mungkin mampu dikontrol tetapi juga mungkin terjadi karena kehendak Kuasa yang lebih tinggi, harus selalu dimasukkan dalam unsur keyakinan. Kesiapan untuk gagal membuat tidak mudah putus asa
7. S ing ora kuwat amarga ora percoyo. Banyak manusia tidak kuat menjalani kehidupan karena tidak percaya bahwa pertolongan pasti akan datang.
Jadi berikan yang terbaik untuk profesimu, berikan yang terbaik untuk perusahaanmu tanpa harus menghitung berapa yang akan anda bawa pulang. Dan selamat terkejut nantinya atas apa yang Allah berikan kepadamu
Mari bersama menjadi profesional yang ikhlas
Selamat menjalani hidup dengan penuh rahmat
Cahyana Puthut Wijanarka
Founder of People Develop People
8
04/2020
|
19
03/2020
|
UPGRADING SERVICE MINDSET AND BUILDING DISCIPLINE IN IMPLEMENTATION
Author : Cahyana Puthut Wijanarka |
11
03/2020
|
6
03/2020
|
6
03/2020
|
5
03/2020
|
1 komentar
Anggita Rezkia
Monday, 2 Mar 2020
Tulisannya sangat memotivasi pak?